Category Archives: Love

DIA

Countdown to our two years relationship anniversary, December 25th. There are so much love, so much fun, so much laughs (maybe the best laughs ever), so much tears (and maybe the worst tears ever).

Dia sedang jatuh cinta.  Dia jatuh cinta di bulan Desember ini, di bulan yang akan saya harapkan bahagia. Dia jatuh cinta sama seperti ketika dua tahun lalu ketika dia jatuh cinta kepada saya. Di bulan yang sama, Desember.

Dia sedang jatuh cinta. Saya tahu. Saya mengerti. Saya menuliskan seperti itu pada situs jejaring sosial milikku. Saya ingin dia tahu, saya tahu dan saya mengerti perasaanya. Saya ingin dia tahu, saya tidak melarangnya jatuh cinta kepada orang lain.  Saya ingin dia tahu, sungguh saya ingin dia tahu.

Dia sedang jatuh cinta. Dia tersenyum, dia bahagia. Saya tersenyum, dan saya ikut bahagia. Saya mungkin cemburu. Entah perasaan apa namanya. Saya ingin menangis ketika dia mengatakan itu, tapi saya berusaha dengan sekuat tenaga menahan air itu keluar. Dia sedang bahagia, saya tidak ingin merusaknya. Dia sedang bercerita, dan saya tidak ingin dia berhenti bercerita. Karena, saya juga merasakan apa yang dia rasa. Saya pun sedang bahagia, dan jatuh cinta, meski hanya untuk orang yang sama.

Dia sedang jatuh cinta. Dan hari itu saya mencoba menjadi sahabat. Matanya tidak bisa berbohong, begitupun dengan nada suaranya. Dia terlihat seperti ingin meledak, sambil menggambarkan bentuk perasaannya. Saya tetap tersenyum, dan sesekali tertawa. Dia mengatakannya dengan tersipu malu, dan saya pun dengan setengah tertawa menanyakan siapa orangnya, sambil berusaha menggodanya. Dia tidak menyebutkan siapa-siapa, namun tetap tersipu. Ekspresi itu Tuhan, ekspresi yang telah lama tidak kulihat dari wajahnya. Ekspresi yang dulu, yang bisa kulihat tiap kali kami bertemu. Ekspresi yang penuh cinta. Ekspresi yang kurindukan. Dan hari ini, saya bertemu ekspresi itu lagi, tapi bukan untuk saya, untuk orang lain. Namun, saya tetap bahagia, dan tetap memberi senyum kepadanya.

Dia sedang jatuh cinta. Dan mungkin dia telah menemukan definisi cinta menurutnya sendiri. Dia mengatakan, dia tidak lagi merasakan cinta kepada saya sama sekali (sehingga saya mengerti sebab ekspresi itu tak ada lagi). Dia menjelaskan apa yang dia rasakan. Dia menyayangi saya, ingin menjaga saya, menjadikan saya masa depannya, perempuan terakhirnya, tapi itu bukan cinta. Dia bilang itu rasa sayang. Sedangkan cinta, adalah yang dia rasakan saat ini pada orang lain itu. Dia bertanya, apa yang saya pilih di antara keduanya, DICINTAI atau DISAYANGI. Saya ingin dua-duanya, saya tidak ingin memilih, tapi dia menyuruh saya memilih. Dan saya tahu, saya tak mungkin dia cintai, karena cinta itu sudah tidak ada lagi untuk saya. Maka saya memilih, DISAYANGI, sambil tetap tersenyum. Lalu dia mengatakan, lebih baik disayangi, daripada dicintai. Mungkin dia telah benar-benar menemukan definisi cinta menurutnya sendiri.

Dia sedang jatuh cinta. Dan saya tak ingin melarangnya jatuh cinta. Saya pernah mengatakan padanya, jika suatu hari dia menyukai orang lain, saya tidak akan melarang, saya akan membolehkannya bersama orang lain itu. Dengan satu syarat, dia memberitahukan siapa orang itu, agar saya tahu, kepada siapa saya mempercayakan orang yang saya sayang. Agar saya tenang, agar saya tidak terlalu merasakan sakit. Saya akan mengikhlaskannya, kepada orang lain. Dan hari itu pun datang, ketika saya harus mengikhlaskan perasaan saya, mengikhlaskan cinta yang dulu milik saya dan hanya untuk saya. Saya hanya ingin tahu, siapa . Tapi dia tidak ingin mengatakan siapa. Walaupun saya tahu, orang itu ada. Dia membiarkan saya terus bertanya-tanya, Siapa? Dia membiarkan tidur saya tidak nyenyak, dan mulai menangis sepanjang malam. Saya terus bertanya, Siapa? Tapi dia tidak menjawab. Saya hanya ingin dia mengerti perasaan saya. Tapi dia tetap tidak menjawab. Lalu saya hanya berusaha bersabar, menguatkan hati, jika ternyata suatu hari saya akan mengetahuinya dengan cara yang salah, yang mungkin akan membuat hati saya hancur. Saya mempersiapkan hati saya untuk hari itu.

Saya membolehkannya, tapi dia tidak ingin. Dia ingin menjaga perasaan saya, sementara saya merasakan sakitnya terbayang-bayang oleh orang lain yang saya tidak tahu siapa. Dia ingin tetap bersama saya, sementara dia jatuh cinta untuk orang lain. Dia tidak menginginkan dirinya jatuh cinta, sementara saya tidak ingin membunuh perasaannya. Entah bagaimana perasaan saya saat ini.

Dia sedang jatuh cinta. Di bulan Desember ini. Saya tahu. Saya mengerti. Dia tersenyum, dia bahagia. Saya tersenyum, dan saya ikut bahagia. Saya mencoba menjadi sahabat. Dan mungkin dia telah menemukan definisi cinta menurutnya sendiri. Dia sedang jatuh cinta, dan saya tidak ingin melarangnya jatuh cinta. Saya akan menemaninya, mendengarkan ceritanya, melihat senyumnya. Saya akan tetap di sampingnya, sampai dia tidak membutuhkan saya lagi.

Biarkan dia merasakan jatuh cinta lagi, ketika dia telah lama tidak merasakannya.  Biarkan dia merasakan apa yang saya rasakan, jatuh cinta yang sama yang masih saya rasakan sejak dua tahun lalu.


This is a True Life

buntala wannabe

love love love 😀

our hands 🙂