SMS

Pagi ini seseorang mengirimkan saya pesan singkat. Isinya kurang lebih :

Eka, ada kulkas baruku. Hehe. Ndak bermaksud sombong, tapi cuma mau berbagi rasa bahagia. Epenkah… Cupen toh..

Saya tersenyum-senyum sendiri membaca pesan singkat itu, lalu membalasnya, dengan ucapan turut berbahagia.
Tapi sms yang cukup menggelikan justru datang setelah itu. Masih dengan orang yang sama yang mengatakan :

Eka, jangan ketawa ya…. Kayaknya jatuh cintaka sama kulkas baruku. Dari kemarin kupeluk-peluk terus, kuliat-liati sambil senyum-senyum..

Saya tertawa, keras. Tapi saya kemudian membalas pesan dengan mengatakan bahwa saya tidak tertawa. Hahaha.
Subhanallah, teman saya ini adalah seorang mahasiswi yang tinggal jauh terpisah lautan dengan keluarganya. Dia memiliki keluarga yang bisa dibilang cukup berada, boleh dibilang sangat. Tapi dia hidup dengan sederhana, dengan apa yang ada dan mensyukurinya. Kami bersahabat kurang lebih sekitar 4 tahun lamanya. Dengan pemikiran-pemikiran konyol tapi cerdasnya, dan pemahaman agamanya yang baik, saya senang memiliki sahabat seperti dia.


DIA

Countdown to our two years relationship anniversary, December 25th. There are so much love, so much fun, so much laughs (maybe the best laughs ever), so much tears (and maybe the worst tears ever).

Dia sedang jatuh cinta.  Dia jatuh cinta di bulan Desember ini, di bulan yang akan saya harapkan bahagia. Dia jatuh cinta sama seperti ketika dua tahun lalu ketika dia jatuh cinta kepada saya. Di bulan yang sama, Desember.

Dia sedang jatuh cinta. Saya tahu. Saya mengerti. Saya menuliskan seperti itu pada situs jejaring sosial milikku. Saya ingin dia tahu, saya tahu dan saya mengerti perasaanya. Saya ingin dia tahu, saya tidak melarangnya jatuh cinta kepada orang lain.  Saya ingin dia tahu, sungguh saya ingin dia tahu.

Dia sedang jatuh cinta. Dia tersenyum, dia bahagia. Saya tersenyum, dan saya ikut bahagia. Saya mungkin cemburu. Entah perasaan apa namanya. Saya ingin menangis ketika dia mengatakan itu, tapi saya berusaha dengan sekuat tenaga menahan air itu keluar. Dia sedang bahagia, saya tidak ingin merusaknya. Dia sedang bercerita, dan saya tidak ingin dia berhenti bercerita. Karena, saya juga merasakan apa yang dia rasa. Saya pun sedang bahagia, dan jatuh cinta, meski hanya untuk orang yang sama.

Dia sedang jatuh cinta. Dan hari itu saya mencoba menjadi sahabat. Matanya tidak bisa berbohong, begitupun dengan nada suaranya. Dia terlihat seperti ingin meledak, sambil menggambarkan bentuk perasaannya. Saya tetap tersenyum, dan sesekali tertawa. Dia mengatakannya dengan tersipu malu, dan saya pun dengan setengah tertawa menanyakan siapa orangnya, sambil berusaha menggodanya. Dia tidak menyebutkan siapa-siapa, namun tetap tersipu. Ekspresi itu Tuhan, ekspresi yang telah lama tidak kulihat dari wajahnya. Ekspresi yang dulu, yang bisa kulihat tiap kali kami bertemu. Ekspresi yang penuh cinta. Ekspresi yang kurindukan. Dan hari ini, saya bertemu ekspresi itu lagi, tapi bukan untuk saya, untuk orang lain. Namun, saya tetap bahagia, dan tetap memberi senyum kepadanya.

Dia sedang jatuh cinta. Dan mungkin dia telah menemukan definisi cinta menurutnya sendiri. Dia mengatakan, dia tidak lagi merasakan cinta kepada saya sama sekali (sehingga saya mengerti sebab ekspresi itu tak ada lagi). Dia menjelaskan apa yang dia rasakan. Dia menyayangi saya, ingin menjaga saya, menjadikan saya masa depannya, perempuan terakhirnya, tapi itu bukan cinta. Dia bilang itu rasa sayang. Sedangkan cinta, adalah yang dia rasakan saat ini pada orang lain itu. Dia bertanya, apa yang saya pilih di antara keduanya, DICINTAI atau DISAYANGI. Saya ingin dua-duanya, saya tidak ingin memilih, tapi dia menyuruh saya memilih. Dan saya tahu, saya tak mungkin dia cintai, karena cinta itu sudah tidak ada lagi untuk saya. Maka saya memilih, DISAYANGI, sambil tetap tersenyum. Lalu dia mengatakan, lebih baik disayangi, daripada dicintai. Mungkin dia telah benar-benar menemukan definisi cinta menurutnya sendiri.

Dia sedang jatuh cinta. Dan saya tak ingin melarangnya jatuh cinta. Saya pernah mengatakan padanya, jika suatu hari dia menyukai orang lain, saya tidak akan melarang, saya akan membolehkannya bersama orang lain itu. Dengan satu syarat, dia memberitahukan siapa orang itu, agar saya tahu, kepada siapa saya mempercayakan orang yang saya sayang. Agar saya tenang, agar saya tidak terlalu merasakan sakit. Saya akan mengikhlaskannya, kepada orang lain. Dan hari itu pun datang, ketika saya harus mengikhlaskan perasaan saya, mengikhlaskan cinta yang dulu milik saya dan hanya untuk saya. Saya hanya ingin tahu, siapa . Tapi dia tidak ingin mengatakan siapa. Walaupun saya tahu, orang itu ada. Dia membiarkan saya terus bertanya-tanya, Siapa? Dia membiarkan tidur saya tidak nyenyak, dan mulai menangis sepanjang malam. Saya terus bertanya, Siapa? Tapi dia tidak menjawab. Saya hanya ingin dia mengerti perasaan saya. Tapi dia tetap tidak menjawab. Lalu saya hanya berusaha bersabar, menguatkan hati, jika ternyata suatu hari saya akan mengetahuinya dengan cara yang salah, yang mungkin akan membuat hati saya hancur. Saya mempersiapkan hati saya untuk hari itu.

Saya membolehkannya, tapi dia tidak ingin. Dia ingin menjaga perasaan saya, sementara saya merasakan sakitnya terbayang-bayang oleh orang lain yang saya tidak tahu siapa. Dia ingin tetap bersama saya, sementara dia jatuh cinta untuk orang lain. Dia tidak menginginkan dirinya jatuh cinta, sementara saya tidak ingin membunuh perasaannya. Entah bagaimana perasaan saya saat ini.

Dia sedang jatuh cinta. Di bulan Desember ini. Saya tahu. Saya mengerti. Dia tersenyum, dia bahagia. Saya tersenyum, dan saya ikut bahagia. Saya mencoba menjadi sahabat. Dan mungkin dia telah menemukan definisi cinta menurutnya sendiri. Dia sedang jatuh cinta, dan saya tidak ingin melarangnya jatuh cinta. Saya akan menemaninya, mendengarkan ceritanya, melihat senyumnya. Saya akan tetap di sampingnya, sampai dia tidak membutuhkan saya lagi.

Biarkan dia merasakan jatuh cinta lagi, ketika dia telah lama tidak merasakannya.  Biarkan dia merasakan apa yang saya rasakan, jatuh cinta yang sama yang masih saya rasakan sejak dua tahun lalu.


December 9th is my Birthday :)

cande light

me and candle light

Hari ini hari ulang tahunku. Yang ke-20 tahun. Tepat pukul 12 dinihari tadi, seorang adik kelas menjadi orang paling pertama yang mengucapkan HAPPY BIRTHDAY kepada saya 😀

Saya sempat sedih dan menangis. Karena ini kali pertama ulang tahun saya tanpa keluarga, yg biasanya ketika pukul 12 tepat masuk ke kamar saya dan mendoakan saya, atau membangunkan saya di pagi hari dengan ucapan atau doa yang manis. Kali ini saya sendiri. Saya mengambil lilin. Tanpa kue. Menyalakan lilinnya, bernyanyi, lalu berdoa.

Pagi harinya saya terbangun oleh sebuah panggilan di ponsel. Pacar saya datang ke rumah. Senangnya…

Setelah mengucapkan ucapan, doa, dan kata-kata sayang, dia mengeluarkan sebuah bungkusan dari saku jaketnya. Dia memberi saya sebuah hadiah yang indah, ditempatkan di dalam sebuah kotak kecil, dibungkus dengan kertas laporan! Ya, kertas berisi ketikan laporan labnya. Entah apa maknanya, tp itu benar2 unik! Beberapa bulan ini memang dia disibukkan dengan kegiatan praktikum laboratorium yang membuat waktunya tersita banyak. Kami bahkan sempat bertengkar hebat karenanya. Tapi Alhamdulillah kami bisa bersama lagi hingga hari ini. Dan mudah-mudahan selamanya saling menyayangi dan bersama, Amin.

Satu lagi, dalam kotak kecil itu ada selembar kertas hijau yang bertuliskan tinta hijau muda. Isi tulisannya rahasia. Tapi pasti bisa  ditebak. 😀

Benar-benar hari yang indah. Alhamdulillah ya Allah. Semoga apa yang saya cita-citakan tercapai ya Allah. :’)

Terima kasih Ayah, Ibu, dan Syahrussyiam Effendi 🙂


Speeding Cars – Imogen Heap

Here’s the day you hoped would never come
Don’t feed me violence, just run with me
Through rows of speeding cars
The paper cuts, the cheating lovers
The coffee’s never strong enough
I know you think it’s more than just bad luck

There, there, baby
It’s just text book stuff
It’s in the ABC of growing up
Now, now, darlin’
Oh don’t lose your head
‘Cause none of us were angels
And you know I love you, yeah

Sleeping pills, no sleeping dogs lie never
Far enough away
Glistening in the cold sweat of guilt
I’ve watched you slowly winding down for years
You can’t keep on like this
Now is as bad of time as any

There, there, baby
It’s just text book stuff
It’s in the ABC of growing up
Now, now, darlin’
Oh don’t kill yourself
‘Cause none of us were angels
And you know I love you, yeah

It’s okay by me
It’s okay by me
It’s okay by me
It was a long time ago

There, there, baby
It’s just text book stuff
It’s in the ABC of growing up
Now, now, darlin’
Oh don’t lose your head
‘Cause none of us were angels
And you know I love you, yeah

There, there, baby
It’s just text book stuff
It’s in the ABC of growing up
Now, now, darlin’
Oh, don’t kill yourself
‘Cause none of us were angels
And you know I love you, yeah


This is a True Life

buntala wannabe

love love love 😀

our hands 🙂


9 december 25

Dan jadilah wordpress ini. Setelah sekian lama berencana untuk hijrah, baru sekarang terpenuhi 🙂

Maka inilah, 9 December 25. Tentang hidup, dan kata-kata.